PESTA PEMBANGUNAN HKBP TIGARAKSA
Minggu, 28 Juli 2013 bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Pemkab Tangerang, HKBP Tigaraksa Kota melaksanakan Pesta Pembangunan dengan tujuan penggalangan dana untuk pembelian lahan pertapakan gereja HKBP Tigaraksa Kota, Resort Perumnas Tangerang, Distrik XXI Banten. Acara tersebut di hadiri oleh sekitar 800 orang jemaat termasuk para undangan yang memenuhi ruangan Gedung GSG Pemkab Tangerang tersebut.
Acara diawali dengan Kebaktian minggu yang berlangsung dengan hikmat, dipimpin oleh Pdt. Abdul Simanjuntak (Pendeta Resort HKBP Perumnas Tangerang) sebagai liturgis, Pdt. Bintang Siregar, STh (Uluan Huria HKBP Tigaraksa) sebagai pembaca warta jemaat dan Khotbah disampaikan oleh Praeses HKBP Distrik XXI Banten Pdt. Patar S Napitupulu, MMin.
Uluan huria HKBP Tigaraksa Kota, Pdt. Bintang Siregar, STh membacakan warta jemaat sekaligus menyampaikan ucapan selamat datang kepada para undangan baik pribadi maupun undangan gereja yang hadir seperti HKBP Perumnas Tangerang, HKBP Citra raya, HKBP Adiyasa dan HKBP Jatiwaringin. Selesai warta jemaat dilanjutkan dengan Laporan Panitia Pesta Pembangunan yang disampaikan oleh Gunung Eliatas Sitorus selaku Wakil Ketua Panitia Pesta.
Praeses HKBP Distrik XXI Banten Pdt. Patar S Napitupulu, MMin dalam khotbahnya yang diambil dari nats Lukas 10 :25-37, mengatakan bahwa apa yang terjadi dalam nats ini yaitu perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, sering juga terjadi dalam kehidupan kita saat ini. Kepedulian terhadap sesama seringkali dilakukan hanya jika ada hubungan emosional, pribadi dan keluarga, sehingga kita enggan untuk peduli terhadap orang lain yang tidak kita kenal. Misalnya jika ada orang yang tidak kita kenal membutuhkan pertolongan karena kecelakaan di jalan, kita sering enggan untuk membantu dengan berbagai alasan seperti : takut terlambat kerja, tidak mau terlibat sebagai saksi, tidak mau repot, dll.
1 Praeses HKBP Distrik XXI Banten, Pdt. Patar S Napitupulu sedang menyampaikan Khotbah
"Untuk itulah pertanyaan ahli Taurat tentang siapakah yang bisa disebut sesama kita, harus kita renungkan kembali dengan benar, sehingga kita bisa menata ulang hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita, yang mungkin tidak satu gereja dengan kita, tidak satu suku dengan kita, bahkan dengan orang yang tidak seiman dengan kita", tutur Pdt. Patar S Napitupulu, MMin.